\

Jumat, 24 Juni 2016

Posted by Unknown on 06.38.00 No comments
#AniesWidiyarti_PembelaanDuaKutub_CnH2_4 Ada tiga momen di episode semalam yang menurut saya layak dikatakan sebagai momen terbaik. Tiga momen yang berujung pada satu benang merah utama, yaitu Gulseren. Momen pertama adalah ketika Cansu berdebat dengan Dilara di kamarnya, yang kedua adalah saat Ozan menuntut jawaban atas pertanyaannya kepada ayahnya ketika di kantor Cihan, dan momen yang ketiga adalah saat di mana Cansu berlari menuju ke kamarnya, kemudian setelahnya terlihat menangis-gemetaran, usai dia mencuri dengar keributan antara Gulseren dan Keriman di ruang tamu. Tiga momen, satu benang merah, dengan dua pembelaan yang berbeda. Satunya membela Gulseren dengan sepenuh hati, sedangkan satunya lagi terpaksa merubah netralitas menuju ke pembenaran subjektif yang terkesan dipaksakan.


Yupz, Cansu dengan keyakinan hatinya sendiri, dia akhirnya memilih secara terang-terangan untuk berkonfrontasi dengan Dilara karena tidak tahan mendengar ibu kandungnya disudutkan oleh ibu yang mengasuh dan membesarkannya sejak masih bayi. Dilara oh Dilara... Kenapa kau malah seperti lepas kendali melihat Cansu dengan begitu rupa membela Gulseren dan keberadaannya di rumahmu?!! Bahkan kau tega mengatakan anak yang kau asuh sejak kecil itu telah dicuci otaknya oleh Gulseren... Seluruh dunia juga tahu, seperti juga yang kau katakan kepada putrimu, betapa sakit berada di posisimu karena melihat suamimu mulai berpaling mencintai perempuan lain... Seluruh jagad juga sudah paham, bagaimana sebenarnya kebencianmu kepada Gulseren membuatmu sukar untuk berpikir secara sehat dan sedikit-sedikit menjadikan ibu kandung Cansu itu sebagai sasaran kesalahan... Ibarat kl orang sudah sebegitu bencinya kepada seseorang atau sesuatu, pasti di mata dan pikirannya seseorang atau sesuatu itu selalu akan terlihat jelek atau jahat. Tapi apakah bijak jika di depan Cansu kau nekad untuk menjelek-jelekkan Gulseren, alih-alih berusaha dengan sekuat tenaga untuk menahan diri, demi kebaikan bersama... Kasarnya, Cansu itu bukan Cihan yang berkaitan langsung dengan kebencian yang sekarang begitu perih kau rasakan. Cansu itu anak kandung Gulseren, yang keduanya baru saja saling ingin menikmati hari-hari indah sebagai seorang ibu dan anak yang sebenarnya, setelah selama 15 (lima belas) tahun terpisah.


Ataukah karena Cansu berani mengungkap kl Cihan mencintai Gulseren, karena itu Dilara semakin terlihat ‘kecil’ dan terabaikan di hadapan Cansu? Pastinya itu memang sangat menyakitkan, tapi setidak-tidaknya itu jadi seperti ‘serangan balik’ yang pas dari Cansu untuk segala opini buruk Dilara kepada ibu kandungnya. Bukankah selalu ada semacam rambu-rambu yang sudah berlaku, ketika di antara orang tua yang sedang berkonflik, jauhkan anak dari konflik yang sedang terjadi. Pun konflik itu berhubungan dengan masalah anak, tetap hukumnya haram jika sampai anak ikut-ikutan diserang. Andaikata memang harus dilibatkan, libatkan dengan cara-cara yang baik, pelan-pelan. Dalam kasus Cansu dan Dilara, alih-alih Dilara bersikap tanpa tedeng aling-aling membenci Gulseren di depan tiga anaknya, sebaiknya lebih baik dia merangkul anak-anaknya agar dia bisa menjadi semakin kuat menghadapi konflik yang sedang terjadi. Merangkul dengan cara-cara yang fair tentunya, bukan seperti halnya merangkul dengan hasutan dan opini dari salah satu pihak yang selalu menyudutkan. Tapi karena sekarang ceritanya sudah terlanjur, anak-anak pun seperti sudah terpecah-pecah dan menjadi seperti saling berlawanan arah, ya baiklah bersiaplah dengan segala perlawanannya kemudian.


Masih bisakah diperbaiki? Tentu saja masih bisa selama hati mau untuk saling introspeksi, berkorban, dan menyesuaikan satu sama lain. Bahkan Gulseren untuk akhirnya mau untuk tetap bertahan di rumah Cihan dan Dilara, merawat Hazal, sementara dia rumah itu diperlakukan seperti halnya kuman penyakit, itu sudah merupakan salah satu bentuk pengorbanan. Tapi karena di mata Dilara dan masyarakat Gulseren itu sudah masuk stigma sebagai perempuan idaman lain, mau Gulseren bersumpah sampai berdarah-darah, bahwa dia di situ semata-mata hanya demi kepentingan anak, memang guweh pikirin, wkwkwkwkwkkk..wwweew... Tapi tidak bagi Cansu... Bila kemarin Ozan dengan cepat merubah netralitasnya karena ingin memihak dan melindungi ibunya, semalam giliran Cansu yang berkeras berdebat dengan Dilara, membela Gulseren sesuai dengan kata hatinya. Ech, malah Dilara bilangnya Cansu dihasut dan dicuci otaknya oleh Gulseren... Memangnya dia tak melakukan hal yang sama apa dengan Ozan?? Bedanya, ketika Gulseren menghadapi Cansu, di saat menanyakan dan menilai tentang hubungan ibu kandungnya dan Cihan, Gulseren memilih untuk meredamnya, demi menjaga perasaan anak-anak. Bukan malah seperti dikompori. Justru dengan sikap orang tua yang cenderung menahan diri, bersabar, anak-anak akan bisa melihat dan menilai dengan sendirinya tentang apa yang tengah terjadi dan dukungan seperti apa yang mereka ingin lakukan kepada orang tua. Mereka juga akan secara wajar menumbuhkan keyakinan yang ada di hatinya. Pendek cakap, hati nurani pasti tidak akan membohongi si empunya. Makanya ketika Cansu mendengar Keriman datang mencaci-maki ibunya, menuduh Gulseren dengan semena-mena sebagai perempuan perebut suami orang dan pemburu harta, meski hatinya bergejolak, mulai merasa ragu dengan keyakinan yang ia yakini tentang ibu kandungnya, tapi pada akhirnya dia tetap bisa mengontrol dan mengendalikan pikirannya sendiri. Berusaha kembali memupuk keyakinan, bahwa semua yang ia dengar tadi itu hanya kebohongan, omongan dari orang-orang yang tidak pernah respek dengan Gulseren. Ke depannya kepercayaan dan keyakinan itu akan terkesan naik-turun, wajar... Toh Cansu masih berumur 15 tahun... Masa-masa menuju remaja dan dewasa yang selalu diwarnai gejolak dan kelabilan, hehhe..


Lain halnya dengan Ozan. Percaya atau tidak percaya, dengan atau tanpa Dilara menjelek-jelekkan Gulseren di hadapan Ozan, sebenarnya anak laki-laki itu pasti akan tetap berada di pihak ibunya, seperti halnya Cansu kepada Gulseren. Oleh karena itu, saya tidak akan menyalahkan Ozan untuk sikonnya sekarang yang ingin membela Dilara. Yang akan saya salahkan adalah lagi-lagi Dilara dan ketidakdewasaannya. Alih-alih Gulseren yang bisa meredam Cansu, Dilara malah seperti kampanye di depan putranya itu bahwa dia sekarang sedang sangat menderita dan yang menjadi penyebabnya adalah Gulseren. Duuuuaarrrr!!! Maka akhirnya di depan ayahnya, Ozan jadi seperti luntur rasa hormat. Bahkan di hadapan Cihan anak itu terkesan membentak-bentak hanya untuk sebuah pertanyaan yang katanya sebenarnya dia sudah tahu jawabannya. Coba kl saya yang jadi Cihan, bakal saya jawab saja, “Kl sudah tahu, kenapa harus bertanya?!!, hehhe.. Terbukti, kampanye Dilara hanya membuat Ozan semakin limbung dan emosional. Beruntung Cihan juga memilih untuk bertindak meredam kemarahan Ozan. Takkan pernah ada gunanya berbicara dengan orang yang sedang emosional.


Simpel sebenarnya tindakan pilihan ‘meredam kemarahan’, tapi setidak-tidaknya itulah salah satu cara untuk menjaga perasaan, mencegah untuk kesakitan yang lebih parah lagi. Andaikata sudah diredam, toh bakalannya yang benar dan yang salah akan terurai dengan jelas. Bukan hanya untuk kepentingan mencari dukungan atau pembenaran sendiri-sendiri, toh masih ada Yang Kuasa yang akan terus memberikan petunjuk serta tuntunanNYA ketika kau bahkan sendirian tanpa ada siapa-siapa pun di sampingmu, asalkan kau yakin melangkah dengan benar. Melawan stigma seperti halnya yang sedang terjadi dengan Gulseren, tidak akan pernah mudah. Stigma janda berikut perempuan kedua yang merebut dan merusak rumah tangga perempuan lain. Suka atau tidak suka, kau harus siap dengan label seperti itu, Gulseren. Tinggal dirimu sendiri yang akan memutuskan, kl nuranimu mengatakan yang kau lakukan tidak berlawanan dengan ketentuan Tuhan, go for it!!! Hidup terlalu sia-sia kl hanya untuk mengurusi stigma buruk masyarakat atau khalayak. Belajar ndhableg saja seperti Keriman, wkwkwkwkwkk...


Ech iya, ngomong-ngomong soal Keriman... Busyettttt... Jadi makin yakin sekarang, kl ‘penyakit drama queen Hazal’ itu tertularnya dari siapa, hahahaaa... Boleh jadi, dulu Gulseren yang waktunya tersita untuk bekerja keras, mencari uang menjadi lebih sedikit kesempatannya untuk bercengkerama bersama Hazal. Akibatnya pengasuhan lebih banyak dilakukan oleh Keriman, hahha... Dan bisa ditebak kemudian bagaimana ceritanya... Penyakit tak tahan miskin, mata duitannya Hazal juga menurunnya dari siapa kl tidak dari Keriman, wkwkwkwkkk.. Doh, bahkan pegawai bank saja kalah cepat berhitung dengan Keriman kl urusannya sudah nilai tukar euro dan lira... Tapi ya itu, yang namanya penyakit tetap itu tidak baik untuk ‘penderitanya’. Hazal yang pada dasarnya berwatak culas dan licik, berasa semakin mengembangkan kemampuan drama queennya untuk mengelabuhi banyak orang. Prihatin sekaligus jengkel setinggi langit dengan ulah putri Cihan yang satu ini... Bahkan karena ulah  tipu-tipunya dia berhasil membuat Gulseren dan Dilara semakin terjebak dalam perselisihan yang pelik. Tapi ada satu hal yang saya garis bawahi ketika Dilara dan Gulseren semalam berselisih tentang Hazal yang dibiarkan sendiri menjalani terapi di rumah sakit (padahal memang itu kemauan anaknya sendiri), yaitu masalah ketidakpercayaan Gulseren kepada Dilara. Sebaiknya memang Gulseren di antara hatinya yang remuk-redam karena intimidasi Dilara, dia juga harus belajar memercayai Dilara dalam hal mengasuh Hazal. Toh Hazal anak kandung Dilara, berikan waktu dan kesempatan untuk Dilara berdekatan dengan Hazal, melalui cara-caranya. Tak usah ketakutan Hazal akan jadi bagaimana-bagaimana ketika bersama Dilara, hehhe... Tentang Dilara yang tidak bisa meredam emosi di hadapan anak-anak, kembali lagi, Ny Gulseren... Itu bagian dari ujianmu. Lagian, siapa to yang tidak paham dengan Hazal... Dihasut atau tidak dihasut oleh Dilara, dasar wataknya sudah licik begitu, wwweew..


Toh dalam kasus semalam, sebenarnya Gulseren dan Dilara sedang masuk dalam  jebakan Hazal. Yassalam... Anak ini to...Demi bisa seperti Cansu yang selalu jadi kebanggaan dan kesayangan keluarga, Hazal mampu memanfaatkan segala cara. Dan tetap, pada akhirnya ketika kebohongannya hampir terbongkar dan merasa terjepit, Gulseren juga yang dihubungi oleh Hazal, demi untuk mendapatkan kenyamanan atau juga dukungan. Hanya Gulseren tidak tahu saja  kl putrinya yang satu itu sedang membuat konfliknya sendiri. Hhhuufftt


Yang terakhir, saya ucapkan selamat datang untuk Harun. Harun yang masih serba samar dan misterius. Harun yang terlihat sangat mengincar dan penuh dendam kepada Cihan Gurpinar. Harun yang sepertinya digilai oleh Chandan. Hahha.. Chandan yang selalu terlihat anggun, penuh kuasa, dan percaya diri, matamu itu lhooo kl sudah di hadapan Harun dan memandanginya... Terlihat eeuuyyy mata yang memuja sekaligus mengemis kekaguman kepada Harun. Tapi sepertinya Harun ini tipe laki-laki yang sangat berpengalaman dengan perempuan ya... Jadi bersiap-siaplah, Chandan... Seperti juga Cihan yang juga harus bersiap-siap dan waspada dengan serangan dari Harun. Yuk ahh... Salam hangat.    



0 comments:

Posting Komentar